Senin, 19 Oktober 2009

Oh Pak Guru.

Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan. cerita dewasa daun muda terbaru hanya di 17tahun1.com.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.

Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.

Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”.
Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

Di Kamar Ganti Fitness Center

Seru juga ngikutin cerita-cerita di website ini. Terutama belakangan ini banyak banget cerita-cerita tentang gay. Aku yang tadinya ragu-ragu pengen tulis pengalamanku di sini akhirnya mencoba memberanikan diri. Sebetulnya banyak sekali pengalaman seksualku dengan sesama jenis. Tapi nyicil dulu aja kali yee.. Nanti satu per satu aku kirim pengalaman-pengalamanku di website ini.

*****

Sebetulnya belum lama aku menjadi gay. Tepatnya baru sekitar dua tahunan. Dulu aku adalah pria normal biasa. Dengan bentuk tubuh yang cukup ideal (meski tidak atletis) aku mudah sekali bergaul dengan wanita. Apalagi dengan panjang penisku yang kalau lagi maksimal panjangnya bisa saingan sama botol Tekita. Gampang sekali bagiku untuk mengajak tidur teman-teman wanitaku. Sampai suatu ketika ada kejadian yang membuatku berubah haluan.

Awalnya gara-gara chatting. Aku bertemu dengan seorang pria yang mengajakku untuk threesome dengan pacarnya. Aku sih nggak keberatan, toh aku juga cukup sering ikutan sex-party yang prianya lebih dari satu. Pria itu mengundangku ke rumahnya. Entah kenapa aku jadi begitu tolol mau saja mengikuti ajakan pria tersebut. Dan setiba di rumahnya, ternyata aku setengah ditipu. Kenapa aku katakan setengah ditipu, karena ternyata pacar pria tersebut seorang waria. Terus terang waktu itu untuk kabur saja aku tidak berani karena si pria tersebut berbadan besar dan tegap. Dan entah kenapa aku juga akhirnya mau saja ikut bergumul bersama mereka, meskipun saat itu mereka tidak sampai menyodomi aku.

Satu hal yang aku heran, setelah kejadian itu aku merasa ketagihan. Aku betul-betul tak bisa melupakan jilatan, hisapan dan kocokan tangan pria dan pasangannya tersebut. Selama seminggu aku tidak bisa tidur tenang, hingga akhirnya aku memberanikan diri menelpon kembali pria tersebut dan aku katakan bahwa aku ingin mengulangi kembali peristiwa sebelumnya. Tentu saja pria tersebut menyambut gembira. Aku kembali diundang ke rumahnya, dan coba tebak! Aku disambut pria tersebut dan si waria pasangannya plus 3 orang pria temannya yang baru kukenal. Akhirnya pertemuan kedua dengan pria itu menjadi ajang sex-party kami. Dan disitulah pertama kalinya aku disodomi. Aku baru tahu bahwa ternyata ketika disodomi aku bisa mencapai orgasme dan mengeluarkan sperma.

Sejak saat itu aku mulai mengurangi hubunganku dengan wanita dan beralih ke pria, hingga sekarang. Nah, kali ini aku akan cerita salah satu pengalamanku yang cukup menarik yang kualami di fitness center tempat dimana aku biasa melakukan latihan. Hari itu aku berlatih seperti biasa. Ngomong-ngomong aku berlatih hanya sekedar menjaga kebugaran, bukan untuk membentuk otot-otot seperti kebanyakan pria yang berlatih di situ. Aku merasa ada yang memperhatikanku ketika aku sedang asyik bermain sepeda statis. Ya, betul! Pria yang kekar yang sedang mengangkat dumbel di pojok situ sejak tadi memperhatikanku. Aku sekilas melirik, ganteng juga. Mungkin usianya sekitar tiga puluhan. Hampir sepuluh tahun lebih tua dari aku. Tapi tak lama aku melirik, aku pun kembali asyik bersepeda.

Tiba-tiba pria tersebut sudah berada di sepeda statis yang ada di sebelahku. Aku sedikit terkejut. Pria tampan itu tersenyum padaku. Wajahnya rada-rada indo. Kulitnya coklat muda, ototnya mengingatkan aku pada aktor Arnold Schwarzenegger. Aku membalas tersenyum.
"Baru ya?" sapanya setengah bertanya.
"Nggak, udah hampir setahun. Cuma emang baru kali ini latihan jam segini. Biasanya sih sore atau malem." jawabku.
"Wah teratur banget ya, pantes keliatan bugar.." pujinya. Aku tersenyum.
"Ah.. bukannya lo yang lebih bugar, ototnya aja segede pepaya bangkok gitu.. hahaha.." aku menimpali pujiannya dengan bercanda. Dia juga tertawa.

Kami pun jadi asyik mengobrol. Pria tersebut bernama Albert (bukan nama asli), salah seorang DJ di club yang cukup terkenal di Jakarta. Albert hampir setiap hari berlatih, malamnya baru nge-DJ. Dari obrolan kami langsung 'connect'. Setengah mengecilkan volume suara, kami mulai bercerita tentang pengalaman seksual kami. Obrolan itu yang mendorong Albert untuk 'mencicipi' batang pusakaku.
"Di kamar ganti aja yuk.." usul Albert. Aku mengangguk setuju.
Kami pun segera menuju ke kamar ganti. Dari mimiknya kulihat Albert betul-betul sudah mupeng. Di kamar ganti yang kebetulan sedang kosong (maklum baru jam 9-an pagi), kami mengambil tempat di toilet. Albert menutup jamban tersebut dan duduk di atasnya, sementara aku berdiri di hadapannya sehingga daerah pusatku tepat berada di depan wajah Albert.

"Ooohh.. come on.." seru Albert menirukan aktor-aktor blue film.
"Gila lo, kayak di bokep aja hihihi.." cetusku.
Aku pun langsung melorotkan celana trainingku berikut celana dalamnya. Albert langsung tersentak melihat batang penisku yang masih lemas.
"Oohh shit! Lo gak disunat ya man.." komentar Albert sambil mengelus-elus batang penisku.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Kubiarkan jemari Albert mengelus permukaan penis dan bulu-bulu jembut yang kucukur rapi.
"Anjing lo.. lemesnya aja segini gimana konaknya.." seru Albert sambil mengelus-elus batang penisku.
Perlahan-lahan aku mulai merasa enak, dan penisku pun mulai menegang. Albert mengocok dengan halus. Ujung kulit penisku yang menjuntai dijilat dan diemutnya. Aku pun keasyikan. Batang penisku semakin tegang.

Sebelah tangan Albert memeluk pantatku dan sebelah lagi digunakan untuk menggenggam penisku yang kini telah tegang, meski belum maksimal. Albert masih asik memainkan ujung kulit penisku yang belum disunat. Seperti permen karet saja, kadang diemut, digigit pelan dan dijilat. Ahh.. betul-betul nikmat, Albert tau betul dimana titik-titik rangsangku, karena dia juga pria.

Lidah Albert semakin liar menjilati batang penisku. Topi bajaku telah muncul dari balik kulit penisku. Dengan penun nafsu Albert mengulum kepala penisku sambil tangannya mengocok bagian batang. Pantatku mulai bergoyang-goyang seperti orang yang melakukan senggama. Kepala Albert juga mulai maju mundur memberi kenikmatan di penisku. Ahh.. semakin enak saja rasanya. Dengan rakus Albert menjelajahi seluruh penisku mulai dari kepala, batang, buah pelir, sampai selangkanganku dilahapnya dengan rakus. Kulihat penisku sampai basah dan licin.

Kemudian Albert menjepit batang penisku dengan kedua telapak tangannya. Lantas pria gagah itu memilin-milin penisku. Ahh.. gila, enak sekali. Di tengah-tengah kenikmatan itu Albert melengkapinya dengan mengulum bagian depan penisku. Betul-betul mentok rasanya. Pinggangku sampai bergelinjangan menahan rasa nikmat. Kedua tanganku sampai memegangi kepala Albert yang cepak.

Detik berikutnya Albert memasukkan seluruh penisku yang sudah mencapai maksimal itu ke dalam mulutnya yang hangat dan lembab. Sementara kedua tangannya mendekap pantatku erat-erat. Ahh.. nikmat sekali. Di dalam mulut, lidah Albert lincah kesana kemari memberi kenikmatan pada penisku. Kenikmatan demi kenikmatan terus mengaliri tubuhku, hingga pada suatu titik aku betul-betul merasa akan meledak. Penis dan pantatku mulai berdenyut. Hal itu dirasakan oleh Albert.

"Terus Ric.. terus.. keluarin aja di mulut gue.." seru Albert.
Aku pun membantu dengan memaju-mundurkan pantatku. Dan yang ditunggu pun tiba! Crot.. crot.. crot.. entah berapa kali semburan spermaku menyemprot di mulut Albert. Pria itu betul-betul menikmati. Dikulumnya spermaku, lantas ditelan. Sementara tubuhku agak melemas setelah melepas kenikmatan. Usai menelan spermaku, Albert berdiri dan memeluk tubuhku. Pria itu mencium bibirku dengan penuh nafsu.
"Thank's man.. mantap banget punya lo.." bisiknya di tengah-tengah ciuman.
"Yo'i.. tapi gue belum ngerasain punya lo nih.." balasku setengah meminta. Albert tersenyum penuh arti.
"Hmm.. gue juga pengen sih ngerasain all-in sama lo, kalo gitu cabut ke rumah gue yuk." ajak Albert.
"Aduh gue gak bisa sekarang, ntar ada kuliah sampe sore.." jawabku.
"Ya udah sore aja, ntar gue jemput di kampus lo deh, dimana sih?" tanya Albert.
"IBII." jawabku menyebut salah satu kampus yang cukup ngetop di daerah Sunter.
Kami pun setuju. Selesai berlatih kami pun berpisah.

Sorenya sepulang dari kuliah tanpa kusangka Albert sudah menungguku di pelataran parkir. Pria tampan itu bersandar di Honda City-nya sambil melambai ke arahku. Aku pun langsung menghampiri, dan masuk ke dalam mobilnya. Honda City tersebut langsung melesat ke arah apartemen Albert di daerah segitiga emas. Sampai di sana Albert mengajakku minum-minum untuk menghangatkan suasana. Sebotol besat vodka tersaji di atas meja.
"Nanti temen gue mau dateng, bertiga pasti lebih asyik. Dia ngiri waktu gue ceritain soal kontol lo itu hahaha.." cetus Albert.
Hmm.. rejeki nomplok. Melihat tubuh Albert yang atletis aku membayangkan kalau temannya pasti nggak jauh beda kondisinya.

Sambil menunggu kami pun ngobrol-ngobrol sambil melakukan sedikit cumbuan-cumbuan kecil. Kira-kira dua puluh menit kemudian teman Albert pun datang. Dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa teman Albert yang dimaksud ternyata adalah salah seorang artis sinetron pria yang cukup ngetop. Yang membuatku tambah terkejut adalah kenyataan bahwa dia sama seperti kami. Padahal kalau di sinetron-sinetron gayanya macho sekali. Si artis yang berinisial MT itu kita sebut saja James, untuk memudahkan ceritaku. Setelah berkenalan, James pun bergabung dengan acara minum-minum kami sambil bercerita-cerita.

Setelah mulai terasa setengah mabuk kami mulai terbawa suasana. Pengalaman-pengalaman yang kami lontarkan otomatis membuat kami horny. Dan entah siapa yang memulai, kami pun langsung terlibat cumbuan yang hebat. Rupanya aku sengaja dijadikan most target oleh mereka. Kelihatan sekali mereka betul-betul bernafsu denganku. Padahal tadinya kupikir yang akan menjadi most target adalah James, namun sepertinya Albert sudah terbiasa have fun dengan James.

Dengan liar kedua pria macho itu melucuti pakaianku hingga aku lebih dulu telanjang bulat. Kulihat James melotot melihat penisku yang sudah tegang sejak bercumbu dengan Albert tadi. Spontan artis sinetron tersebut langsung menggenggam penisku dan memasukkan ke dalam mulutnya. Ahh.. siapa sangka seorang artis sinetron bisa mengulum penisku. Aku betul-betul menikmatinya. Sementara Albert asyik menjilati bagian atas tubuhku. Tak sejengkal pun dilewati Albert tanpa jilatan lidahnya yang sensasional. Sebagai pria, kami sama-sama tau titik rangsang satu sama lain. Albert terus menjilati sekujur tubuhku. Dan di tiap titik rangsang, pria itu agak lama menjilatnya. Ohh.. betul-betul sensasional!

James yang asyik dengan penisku kini tak hanya menjilati penis dan buah pelirku saja, namun juga selangkangan, paha, pinggang dan pantatku. Tubuhku sampai bolak-balik berganti posisi untuk membiarkan mereka menjilati sekujur tubuhku. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku sampai terlihat basah dan licin.

Nafsu birahi membawaku untuk menanggalkan pakaian Albert. Dalam sekejap pria gagah itu sudah berkeadaan sama denganku. Dan untuk pertama kali aku melihat penis Albert. Gila, nggak jauh beda dengan punyaku! Cuma bedanya Albert sudah disunat. Dengan penuh gairah langsung kusambar batang penis Albert yang sudah tegang. Kujilati garis-garis urat yang menghiasi batang penisnya tersebut, hingga akhirnya kukulum seluruhnya.

Albert yang menganggur mencoba melepaskan pakaian James. Tanpa keberatan, artis sinetron tersebut membantu Albert untuk melucuti dirinya sendiri. Dan sesaat kemudian kami bertiga sudah sama-sama bertelanjang bulat. Kami pun saling meng-oral. James men-service aku, sementara aku memuaskan Albert, dan Albert membuat James kelojotan dengan liukan lidahnya. Lama sekali kami melakukan itu, dan berganti-ganti posisi.

Akhirnya puncak gairah pun tiba. Albert memintaku menungging. Sambil berpegangan pada sandaran sofa, aku menuruti permintaan Albert. Lubang pantatku mulai berdenyut. Ahh.. kurasakan kepala penis Albert mulai menyentuh liang pantatku yang sudah basah. Pria itu memainkan penisnya sambil memasukkan pelan-pelan ke dalam pantatku. Slepp! Ahh.. akhirnya batang penis Albert mulai menembus pantatku. Albert mendorong perlahan. Ughh.. nikmat sekali. Pelan.. pelan.. pelan.. dan.. aahh.. kurasakan penis Albert mentok di dalam pantatku. Albert pun berteriak. Tubuh pria itu pun mulai maju mundur memberi sensasi kenikmatan di tubuhku.

Dari balik sofa, James menyodorkan batang penisnya ke mulutku. Hupff.. hampir aku sesak nafas dijejali penis berukuran sejengkal tangan orang dewasa itu. Enak sekali penisnya. James juga memegangi kepalaku yang naik turun. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku yang menghujam pantat James dengan rudal pusakaku. Sementara Albert menyelinap masuk ke bawah tubuh James dan mengulum penis pria itu dari bawah. Uhh.. melihatnya saja membuat birahiku naik, apalagi James yang merasakannya. Aku memeluk tubuh James yang menggelinjang tak karuan.

Berikutnya giliran Albert yang dipuaskan James. Sementara aku memeluk tubuh artis sinetron itu dari belakang sambil menggesek-gesekkan batang penisku di sela-sela pantatnya. Ahh.. enak sekali. Aku mendengar Albert juga melenguh keasyikan.
Posisi terakhir adalah yang paling sensasional. Aku sudah sering melakukannya tapi tetap saja setiap melakukan selalu terasa sensasional. Albert yang bertubuh paling besar dan kekar duduk di sofa. Kemudian James duduk di pangkuan Albert dengan kondisi penis Albert yang tertanam di lubang pantat James. Dan posisi paling atas aku duduk di pangkuan James dengan penis James yang tertanam di lubang pantatku. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Memang dengan posisi ini tak banyak yang dapat kami perbuat selain menggoyang-goyangkan pantat saja.

Aku yang berada di posisi paling atas paling aktif bergoyang. Dan tubuhku juga bisa naik turun meski pelan-pelan. James mulai naik ke puncak birahi. Tangannya yang kekar menjamahi tubuhku. Sementara tubuhku terus asyik bergoyang dan naik turun.
"Ahh.. Rico.. gila lo.. enak banget man.." serunya.
Aku juga merasakan kenikmatan yang sama. Penis James yang mengulik dinding lubang pantatku membuat spermaku mulai mengalir ke arah penis.
"James gue udah naik nih.." seruku sambil terus mempercepat goyangan.
"Sama, gue juga.." seru James.
Pria itu lantas membantuku dengan mengocok batang penisku. Uhh.. birahiku sudah ke ubun-ubun. Tak lama kemudian aku merasakan semburan cairan kental beberapa kali menyemprot di lubang pantatku. James sudah mencapai orgasme. Dan cairannya yang membasahi pantatku mendorong birahiku untuk mencapai orgasme. Ditambah lagi dengan kocokan tangan James. Aahh.. crot! Muntahlah beberapa semburan sperma dari penisku.

Aku pun bangkit untuk memberi kesempatan bagi Albert untuk memuaskan sisa birahinya. Kini kulihat tubuh James yang bergoyang dan naik turun. Mereka semakin hot. Aku duduk disamping Albert untuk menggoda pria itu dengan jilatan-jilatanku. Dan itu membantunya untuk mencapai puncak birahi.
"Aahh.. Jamess.." Albert mengerang.
Dan kulihat James berhenti bergoyang. Sepertinya sperma Albert sudah menyembur di lubang pantat James.
Hari itu kami bertiga betul-betul berpesta sampai menjelang malam. Aku nggak tau berapa banyak sperma yang kami muntahkan dari batang penis kami. Ya di dalam pantat, di mulut, di badan.. pokoknya seru banget! Selesai bermain, kami mandi bersama dan masih sempat memacu birahi lagi. Tapi hanya aku dan James yang sempat orgasme sekali lagi, sementara Albert terlihat masih menyimpan sisa birahinya.
"Ntar malem abis nge-DJ gue ada date lagi man, jadi mesti irit hehehe.." jelasnya.
Selesai mandi, kami pun berpisah. James entah kemana, sementara Albert sempat mengantarku pulang ke rumahku. Setelah itu pria tampan tersebut melanjutkan pekerjaannya ke daerah pusat.